Bela Tentara Muslim, Obama Sebut Trump Tak Layak Jadi Preside

Bela Tentara Muslim, Obama Sebut Trump Tak Layak Jadi Presiden
Muhammad Laist Al Chudri
BuraqNari, Washington DC - Barack Obama mengecam Donald Trump. Ia menilai, capres dari Partai Republik itu tak layak menjadi seorang presiden Amerika Serikat. 

Obama juga meminta para pemimpin Partai Republik untuk menarik dukungan mereka untuk pencalonan miliarder nyentrik itu. Kata-kata bernada keras Presiden AS tersebut disampaikan di tengah kontroversi serangan Donald Trump ke orangtua tentara muslim Humayun Khan, yang gugur secara heroik di Irak. 

"Pertanyaan yang harus mereka tanyakan pada diri sendiri adalah, jika Anda berulang kali mengatakan dengan keras bahwa ia (Trump) tak bisa diterima, mengapa Anda masih mendukungnya," kata Obama ditujukan pada petinggi Republik, dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Singapura,  Lee Hsien Loong di Gedung Putih, seperti dikutip dari New York Times, Selasa (2/8/2016). 

Obama menambahkan, komentar bernada penghinaan Trump kepada keluarga almarhum Khan, menunjukkan bahwa capres Republik itu 'tak siap mengemban tugas besar'. 

Donald Trump, kata Obama, sama sekali tak memiliki pengetahuan tentang isu-isu Eropa, Timur Tengah, dan Asia. 

"Dia bukanlah seseorang yang akan aku dukung untuk menjadi presiden AS, bahkan jika ia adalah anggota partaiku sendiri."


Sementara, Eric Trump membela ayahnya atas perlakuan tak menyenangkan kepada keluarga almarhum tentara muslim yang gugur dalam tugas -- meski secara terang-terangan Trump menolak untuk minta maaf. 

Perselisihan Donald Trump dengan orangtua Humayun Khan berawal dari dukungan yang disampaikan Khizr Khan dan istrinya, Ghazala Khan dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat. 

Dalam pidatonya, Khizr Khan mengatakan bahwa Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump, tak memiliki empati sebagai pemimpin negara dan tidak melakukan pengorbanan apapun.

Khizr Khan mengkritik kebijakan anti-muslim dan anti-imigran Donald Trump. 

"Jika Donald Trump yang duduk di sana, Humayun tidak akan pernah ada di AS. Ia konsisten mencoreng karakter muslim. Ia tidak menghormati kaum minoritas lainnya, perempuan, hakim, bahkan pemimpin partainya sendiri. Ia bersumpah untuk membangun tembok dan melarang kami masuk ke negara ini," jelas Khizr.

Rupanya, pengusaha tajir itu tak suka diserang oleh Khizr. Ia bahkan menuduh ada Hillary Clinton di balik pidato yang memukau itu.

"Siapa yang menulis pidato orang itu? Hillary? Dengar ya, saya banyak melakukan pengorbanan. Saya bekerja dengan keras, sangat keras," kata Trump dalam wawancara dengan ABC News pada Sabtu, 30 Juli 2016. 

Komentar Trump menuai kecaman dari banyak pihak, termasuk para koleganya di partai gajah. Senator Partai Republik dari Arizona, John McCain, salah satunya. 

Saya tidak memiliki cukup kata betapa saya sangat tidak setuju dengan pernyataan Tuan Trump. Saya berharap warga Amerika mengerti kalau apa yang ia ucapkan sama sekali bukan pandangan Partai Republik, para pengurusnya dan kandidat yang lain," tutur McCain yang juga veteran Perang Vietnam.

Dalam pernyataan pribadi itu, McCain memberikan penghormatan atas pengorbanan putra Khan, Humayun.

"Kapten Khan gugur di Irak pada 8 Juni 2004. Ia adalah contoh sukses dari kegagahan dan keberanian yang ditanamkan ke dalam militer kita," ujar McCain.

Humayun tewas ketika seorang pengebom bunuh diri mempercepat kendaraannya menuju fasilitas militer yang dipenuhi ratusan tentara AS.

"Kapten Khan memerintahkan bawahannya menjauh dari mobil penuh peledak. Kemudian dia justru berlari ke arah bomber itu," tutup McCain. Ternyata, tak semua orang sepakat dengan Donald Trump.

0 komentar